Jakarta - Inflasi tahunan China per Maret 2012 naik ke 3,6 persen di luar perkiraan didorong oleh meningkatnya harga pangan.
Data yang ditunjukkan Senin (9/4/2012) seperti dikutip dari laman CNBC.com, mengejutkan investor yang telah bertaruh pada pendinginan tekanan harga untuk memberikan ruang bagi Beijing untuk memperlonggar kebijakan moneter.
Tetapi kecepatan inflasi Maret mungkin tidak menghalangi Beijing dari pandangan bahwa tekanan harga di China sedang mereda dan bahwa dukungan terhadap perlambatan ekonomi adalah prioritas utama. "Kita melihat bahwa harga telah turun sedikit. Jadi kami perkirakan akan rebound dalam jangka pendek, dan tren masih lebih memungkinkan untuk lebih rendah," kata Li Wei, ekonom Standard Chartered di Shanghai.
"Maret adalah bulan yang relatif dingin di Utara, sehingga mungkin telah menyumbang kepada CPI makanan yang lebih kuat dari yang diperkirakan."
Ekonom yang melakukan jajak pendapat oleh Reuters telah meramalkan inflasi konsumen China di angka 3,3 persen pada Maret dari tahun lalu.
Harga produser turun 0,3 persen, dibandingkan dengan perkiraan pasar yang jatuh 0,2 persen. Tekanan harga di negara ekonomi terbesar kedua dunia ini diperkirakan tetap bertahan selama sisa tahun, analis mengatakan.
Ini memberikan Bank sentral China ruang yang luas untuk bersantai dari pengetatan yang terjadi antara 2010 dan 2011, ketika itu menaikkan suku bunga lima kali dan jumlah uang tunai Bank diperlukan sebagai cadangan sebanyak 12 kali. Jajak pendapat Reuters menunjukkan ekonom memperkirakan Beijing bisa memotong rasio persyaratan cadangan bank (RRR) sebanyak 150 basis poin sebelum Desember menjadi 19 persen untuk mendorong bank meminjamkan lebih banyak untuk perusahaan yang kekurangan uang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar