Minggu, 15 April 2012

PDB China Melandai, Rupiah Menanjak - pasarmodal.inilah.com

Jakarta - Kurs rupiah terhadap dolar AS di pasar spot valas antar bank Jakarta, Senin (16/4/2012) diprediksi menguat. Melandainya pertumbuhan ekonomi (PDB) China menjadi salah satu katalisnya.

Analis senior Monex Investindo Futures Daru Wibisono mengatakan, potensi penguatan rupiah awal pekan ini salah satunya dipicu oleh pasar yang masih menilai relevan melandainya Pertumbuhan Domestik Bruto (PDB) China. Angka pertumbuhan China turun pada kuartal pertama 2012 ke 8,1% dari eksperktasi 8,3% dari kuartal sebelumnya 8,9%.

Daru menegaskan, penurunan tersebut masih dianggap relevan oleh pasar. Apalagi, data itu juga masih diimbangi oleh dua fundamental ekonomi China yang lainnya seperti industrial output dan retail sales. "Karena itu, rupiah cenderung menguat dan akan bergerak pada area support 9.100-9.080 dan resistance rupiah berada di angka 9.160-9.180," katanya kepadaINILAH.COM.

Industrial output China dirilis positif 11,9% pada Maret 2012 dari ekspektasi 11,5% dan bulan sebelumnya 11,4%. Begitu juga dengan data retail sales yang dirilis 15,2% dari ekspektasi 15% dan bulan sebelumnya 14,7%. "Kondisi yang sama, terjadi juga dengan inflasi dan manufaktur yang cukup positif," ujarnya.

Artinya, Daru menegaskan, penurunan PDB China sudah dipahami pasar. "Sebab, pasar juga sudah mendengarkan target PDB dari pemerintah negeri Tirai Bambu itu yang menargetkan penurunan GDP ke 7,5%. Tujuannya agar ekonomi China tidak overheating (kepanasan) sehingga tidak terjadi gelembung (bubble)," papar Daru.

Langkah itu, diambil China saat negara-negara lain membutuhkan angka PDB yang bagus. Sebelumnya, pasar menganggap, China akan mengalami perlambatan ekonomi dengan hard landing, sekarang hal itu sudah tidak berlaku lagi. "Yang tepat untuk pertumbuhan China saat ini adalah shoft landing sehingga kekhawatiran terhadap pertumbuhan ekonomi tidak menjadi parah walaupun secara umum terjadi pelambatan," ujarnya.

Dia kembali menegaskan, jika pertumbuhan China berkurang, orang akan mengurangi investasinya di negara itu dan cenderung berburu aset-aset di dunia ketiga termasuk Indonesia. "Karena itu, rupiah cenderung menguat awal pekan ini," timpalnya.

Apalagi, mata uang utama seperti euro masih di atas US$1,31 per euro. Kecuali jika euro, berada pada kisaran US$1,3030-1,3050, yang membuat rentan rupiah untuk melemah lebih lanjut. "Karena euro tidak berada pada kisaran tersebut, rupiah cenderung menguat ke area 9.100 per dolar AS," tandasnya.

Namun demikian, Daru tidak menampik, kekhawatiran pasar soal isu Eropa yang masih akan mendera pasar. "Walaupun terobati oleh komitmen European Central Bank (ECB) untuk melanjutkan pembelian obligasi, hal itu hanya bersifat sementara," ujarnya.

Masalahnya, kata dia, meski yield Italia dan Spanyol mengalami sedikit penurunan, kedua negara ini masih harus berjuang keras mengimplementasikan disiplin fiskalnya. Pada saat yang sama, kedua negara itu harus mempertahankan laju pertumbuhan ekonominya. "Ini seharusnya dilakukan secara bersamaan," ujarnya.

Padahal, saat pengetatan fiskal digulirkan, pertumbuhan juga tergerus dan timbul ketidakpastian sehingga menimbulan sentimen negatif terhadap pasar. "Rally euro pun jadi terbatas. Tapi, ini tidak akan menghalangi penguatan rupiah awal pekan ini," imbuh Daru.

Asal tahu saja, kurs rupiah terhadap dolar AS  di pasar spot valas antar bank Jakarta, Jumat (13/4/2012) ditutup menguat 30 poin (0,32%) ke angka 9.135/9.145.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar