Kamis, 31 Mei 2012

Nasdem Pepet Golkar dan Demokrat? - nasional.inilah.com


Jakarta - Benarkah kelahiran Partai Nasional Demokrat (NasDem) bisa menjadi ancaman bagi partai besar seperti Golkar dan Demokrat? Bisa jadi demikian, sebab dalam politik, terbuka segala kemungkinan.
Partai-partai politik di negeri ini sejatinya masih jauh dari harapan bahkan terkesan hanya memburu kekuasaan. “Untuk melayani kepentingan rakyat, dan mengabdi kepada bangsa, jelas itu jauh panggang dari api atau malah khayalan belaka. Banyak janji palsu dan korupsi, membuat rakyat frustasi,” kata pemerhati politik Cherry Augusta MA, mahasiswa PhD UGM, baru-baru ini.
Sejauh ini, Nasdem, partai bayi yang baru lahir itu sudah populer. Bahkan popularitas dan gagasan perubahan yang disampaikan partai ini, dinilai para analis politik, bisa mengancam partai-partai besar, seperti Golkar dan Demokrat. Apalagi Golkar dan Demokrat menghadapi masalah maraknya korupsi di kalangan politisi mereka. Benarkah?
Nasdem menggunakan grup medianya untuk beriklan masif dan itu mempengaruhi persepsi dan opini publik. Ini sudah modal awal yang selayaknya diperhitungkan parpol lain.
"Kini semua insfrastruktur partai Golkar digunakan oleh NasDem. Yang terancam juga Partai Demokrat dengan berbagai persoalan yang mendera," kata peneliti LIPI Siti Zuhro di Jakarta, Rabu (30/5). Menurut Siti Zuhro, proses transisi politik saat ini sudah masuk tahap jenuh.
Reformasi partai yang belum tuntas membuat para pemilih beralih ke partai baru yang prospektif, yang memiliki basis ideologi kuat dan mencerminkan pluralitas. Ada kemungkinan gagasan perubahan yang diusung NasDem membuat publik menengok partai baru ini.
Apalagi partai yang saat ini eksis tidak menjawab kebutuhan masyarakat. Hal itu terbukti dari banyak tuntutan dan gugatan publik terhadap parpol. "Pemilih kita lagi ganjen perubahan. Gagasan NasDem jadi daya tarik tersendiri," kata Siti. NasDem berpeluang diminati publik karena tidak ada memori negatif yang diingat masyarakat. Ini jadi amunisi untuk menang.
Sementara itu, pengajar Fisip UI Boni Hargens mengingatkan, menjelang pemilu 2014 salah satu isu mendasar adalah reformasi kepartaian. Indonesia membutuhkan partai yang memiliki basis ideologi kuat, dan mencerminkan pluralitas. PDI-P dan Partai Golkar kuat dalam pluralisme. Tapi, kata Boni, kedua partai tidak bisa jadi jawaban atas kondisi kerumitan proses transisi.
Partai-partai Islam juga tidak ideal karena keterlibatan mereka dalam korupsi dan ideologi yang tidak tepat dengan konteks mayoritas rakyat Indonesia yang moderat. "Indonesia memerlukan partai tengah yang pluralis, moderat, dan populis. Pada konteks inilah, partai baru seperti NasDem, bisa menjadi altenatif dalam krisis politik pasca 1998," katanya.
Benarkah? Yang pasti Aburizal Bakrie, Ketum DPP Partai Golkar, mengaku tidak takut. Namanya juga politik, adu wacana terus meraung di ruang publik.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar